Beranda | Artikel
Lailatul Qadar
Selasa, 5 Juni 2018

Bersama Pemateri :
Mutiara Sahur

Lailatul Qadar merupakan untaian mutiara sahur dan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh: Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. Kajian ini disampaikan pada 20 Ramadhan 1439 H / 06 Juni 2018 M.

Download kajian sebelumnya: Adab-Adab Membaca Al-Qur’an

Ceramah Agama Islam Tentang Lailatul Qadar

Sepuluh hari terakhir bulan ramadhan adalah kancah yang akan membedakan orang yang benar-benar berlomba-lomba dengan orang yang tidak berlomba-lomba. Didalam perlombaan lari, pelari akan lari semakin kencang ketika sudah mendekati garis finish. Maka itu berarti dia sedang berlomba. Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata:

كَانَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ شَدَّ مِئْزَرَهُ ، وَأَحْيَا لَيْلَهُ ، وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ

Apabila Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memasuki sepuluh hari terakhir (bulan Ramadhan), beliau mengencangkan sarungnya (untuk menjauhi para istri beliau dari berjima’), menghidupkan malam-malam tersebut dan membangunkan keluarganya.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Demikian pula para sahabatnya ketika memasuki 10 malam terakhir mereka bisa dikatakan tidak tidur diwaktu malamnya. Mereka menggunakan waktu siang untuk istirahatnya dan ketika malam mereka gunakan untuk memperbanyak ibadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala.

Apa saja ibadah disepuluh malam terakhir yang bisa kita maksimalkan?

Membaca Al-Qur’an

Kita berusaha untuk memaksimalkan dengan banyak membaca Al-Qur’an. Kalau kita memang mampu untuk shalat malam semalam suntuk, tentu ini sangat bagus. Jika tidak mampu, maka kita perbanyak membaca Al-Qur’an, kita memperbanyak tadabbur ayat, kita memperbanyak memahami ayat-ayat Allah subhanahu wa ta’ala. Ini adalah amalan yang agung.

Disebutkan dalam sebuah hadits, bahwasannya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

الصِّيَامُ وَالْقُرْآنُ يَشْفَعَانِ لِلْعَبْدِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَقُولُ الصِّيَامُ أَيْ رَبِّ مَنَعْتُهُ الطَّعَامَ وَالشَّهَوَاتِ بِالنَّهَارِ فَشَفِّعْنِي فِيهِ وَيَقُولُ الْقُرْآنُ مَنَعْتُهُ النَّوْمَ بِاللَّيْلِ فَشَفِّعْنِي فِيهِ قَالَ فَيُشَفَّعَانِ

Shoum dan Al Qur’an akan memberikan syafa’at kepada seorang hamba pada hari kiamat. Shoum berkata, “Ya Rabb, aku telah mencegahnya dari makanan dan syahwat di waktu siang, izinkan aku memberi syafa’at untuknya.” Al Qur’an berkata, “Aku telah mencegahnya tidur di waktu malam, izinkan aku memberi syafa’at untuknya. Keduanya pun diberi izin untuk memberi syafa’at.” (HR Ahmad dan lainnya).

Diwaktu malam kita tercegah dari tidur dengan membaca Al-Qur’an, diwaktu siang kita berpuasa meninggalkan syahwat dan pembatal-pembatal puasa. Maka keduanya kelak akan menghadap kepada Allah subhanahu wa ta’ala memberikan syafaat kepada pelakunya.

I’tikaf

Secara bahasa arti dari i’tikaf adalah mendiami suatu tempat. Adapun secara istilah adalah berdiam diri di masjid dalam rangka ibadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Dahulu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan demikian pula istri-istri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam setelah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam meniggal dunia, mereka senantiasa i’tikaf disepuluh hari terakhir dibulan ramadhan.

Hukum I’tikaf adalah sunnah. Dan I’tikaf bukanlah syarat untuk mendapatkan lailatul qadar. Yang jelas siapa dimalam lailatul qadar menghidupkan malamnya, dia yang mendapatkannya. Tapi siapa yang dimalam lailatul qadar dia tidur sepanjang malam, maka ia telah terhalang dari kebaikan.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَن حُرِمَ خيرَها فقد حُرِمَ

Barangsiapa terhalang dari kebaikannya, sungguh ia orang yang terhalang (dari seluruh kebaikan)” (HR. Bukhari dan Muslim)

Orang yang beri’tikaf dan dia tidur, maka dia juga tidak mendapatkannya.

Tempat I’tikaf

Terjadi ikhtilaf tentang hal ini. Jumhur ‘ulama mengatakan bahwa i’tikaf boleh disetiap masjid. Namun kebanyakan dari jumhur mengatakan bahwa syarat dari masjid itu adalah masjid jami’ yang ditegakkan shalat jum’at. Sementera sebagian ulama mengatakan bahwa i’tikaf hanya pada tiga masjid saja. Yaitu Masjidil Haram, Masjidil Nabawi dan Masjidil Aqsa. Namun jumhur mengatakan bahwa itu bukan pengkhususan, akan tetapi itu menunjukkan bahwa kesempurnaan i’tikaf yang paling sempurna pada tiga masjid itu. Hal ini dikarenakan bahwa tujuan dari i’tikaf itu sendiri adalah untuk sungguh-sungguh beribadah dibulan Ramadhan. Dan hal ini tidak khusus pada tiga tempat tersebut.

Simak Penjelasan Lengkapnya dan Download mp3 Ceramah Agama Islam Tentang Lailatul Qadar


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/31287-lailatul-qadar/